Tuesday, January 22, 2013

Shalat Tahajud dan Dhuha


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
       Ibadah sunah adalah suatu perkara jika di kerjakan mendapat pahala dan apabila tidak di kerjakan tidak berdosa. Banyak sekali ibadah sunah yang di syari’atkan oleh agama salah satunya adalah shalat Tahajud dan shalat Dhuha. Banyak dari kalangan kita umat muslim yang tidak pernah ataupun jarang mengerjakan ibadah tersebut karena kita  menganggap itu hanya ibadah sunah yang jika tidak di kerjakan tidak masalah, ada juga karena faktor waktu atau kesibukan kita sehingga kita enggan mengerjakannya. Padahal shalat Tahajud dan shalat Dhuha mempunya banyak fadilah yang bermanfaat di kehidupan kita sehari-hari.
       Oleh sebab itu penulis akan membahas tentang shalat Tahajud dan shalat Dhuha dan menjelaskan tata cara dan keutamaan ibadah tersebut. Harapan penulis dengan adanya makalah ini adalah kita semua baik pembaca maupun penulis pribadi dapat memahami tentang ibadah shalat Tahajud dan Dhuha, dan berusaha mengamalkannya.

B.   Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian shalat Tahajud dan Dhuha

Monday, January 21, 2013

KI DEMANG GEDHE KETHUT SURYONGALAM
(Ki Ageng Kutu)

Sekitar empat setengah abad yang lalu, sebelum bernama Ponorogo. Ada sebuah kademangan yang bernama Kedemangan Surukubeng yang terletak di desa Kutu kecamatan Jetis. Pada masa itu menjadi bawahan kerajaan majapahit dengan raja Prabu Brawijaya V.
Ki demang yang bernama Gedhe Kethut Suryongalam atau disebut Ki Ageng Kutu itu beragama Budha.

Diceritakan Ki Ageng kutu itu berpawakan tinggi besar, kulitnya hitam, matanya lebar mencereng. Mempunyai banyak ilmu kanuragan dan kebal terhadap bermacam senjata. (Bebasan ora tedhas tapak paluneng pande sisane gurenda). Ki Ageng kutu mempunyai pusaka berupa keris yang sangat ampuh yang bernama Kyai Jabardhas dan Kyai Condong rawe atau Rawe Puspita. Keris Condong rawe di- dua jin yang bernama Kluntung wuluh dan Klenting mungil.

Ki Ageng kutu juga menjadi guru sakti yang setiap malam mengajar para kawulanya. Para pemuda di ajar ilmu japa mantra dan kanuragan , tidak mempan dibacok,di tombak dan lain-lain. Dan setiap bulan purnama diajar di halaman rumahnya, di tatar hingga malam. Adapun cara melatihnya, yang muda dengan yang muda dan yang tua dengan yang tua. Para sinoman (pemuda) memakai celana cekak mempunya belekan sampai lutut, baju penadhon cekak, dan ikatnya kain berwarna merah.

Sedangkan yang tua memakai celana panjang usus-ususnya sekitar satu meter setengah,bajunya potong cina dan lengannya lebar. semua pakaian tadi serba hitam. dan celananya ada garis merah dan gombyok beranek warna.
Latihannya ada tiga tingkatan :
- Tingkat satu : Bertarung, saling membanting, pukulan dan adu  gares (tulang kering kaki).
- Tingkat dua : Penthung-penthungan, saling melempar batu besar.
- Tingkat tiga : Bacokan, saling tusuk dan saling tombak-menombak.

Setiap ada yang terluka dan berdarah, ki Demang yang mengobati dengan cara dijilat sekali dan langsung sembuh. Latihan tersebut diiringi dengan suara terompet, kendang, ketipung, kethuk kempul.

Ki Ageng mempunyai tiga anak. Yang pertama gadis cantik yang bernama Niken Gandini, kemudian Suryolono dan yang bungsu Suryodoko. Sepeninggalan Ki Demang, Niken Gandini menjadi istrinya Bathara Katong, Suryolono alias Suromenggolo menjadi pengawal nya Bathara Katong. Sedangkan Suryodoko berubah nama menjadi Surohandoko menjadi demang di Surukubeng mengantikan ayahnya.

(Sumber : Babad Ponorogo jilid I karya Purwowijoyo)


Sunday, January 20, 2013

DEMOKRASI


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Hampir semua negri di dunia sekarang ini menamakan dirinya sebagai negara demokrasi, namun kata tersebut diartikan dan di terapkan secara berbeda oleh setiap negara. tidak hanya negara-negara yang telah maju baik secara ekonomi maupun tatanan politik, bahkan seorang pengusaha yang alim merasa enggan jika negaranya tersebut negara yang tidak demokratis. Hal ini menunjukan bahwa gagasan demokrasi ini semakin mendunia dan diakui sebagai salah satu tata pemerintahan yang lebih bagus diantara bentuk lainya. Meski demikian, kita tidak akan menemukan praktik demokrasi yang sepenuhnya sama di berbagai negara demokrasi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor gaya pemerintahan, budaya, kemajuan ekonomi, dan lain sebagainya.
Indonesia setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan berbagai versi. Pertama adalah demokrasi liberal di masa kemerdekaan. Kedua adalah demokrasi terpimpin. Ketia adalah demokrasi pancasila yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Soeharto. Keempat adalah demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian demokrasi?
2.    Bagaimana sejarah perkembangan demokrasi di indonesia?
3.    Bagaimana hubungan demokrasi dengan islam?