Monday, January 21, 2013

KI DEMANG GEDHE KETHUT SURYONGALAM
(Ki Ageng Kutu)

Sekitar empat setengah abad yang lalu, sebelum bernama Ponorogo. Ada sebuah kademangan yang bernama Kedemangan Surukubeng yang terletak di desa Kutu kecamatan Jetis. Pada masa itu menjadi bawahan kerajaan majapahit dengan raja Prabu Brawijaya V.
Ki demang yang bernama Gedhe Kethut Suryongalam atau disebut Ki Ageng Kutu itu beragama Budha.

Diceritakan Ki Ageng kutu itu berpawakan tinggi besar, kulitnya hitam, matanya lebar mencereng. Mempunyai banyak ilmu kanuragan dan kebal terhadap bermacam senjata. (Bebasan ora tedhas tapak paluneng pande sisane gurenda). Ki Ageng kutu mempunyai pusaka berupa keris yang sangat ampuh yang bernama Kyai Jabardhas dan Kyai Condong rawe atau Rawe Puspita. Keris Condong rawe di- dua jin yang bernama Kluntung wuluh dan Klenting mungil.

Ki Ageng kutu juga menjadi guru sakti yang setiap malam mengajar para kawulanya. Para pemuda di ajar ilmu japa mantra dan kanuragan , tidak mempan dibacok,di tombak dan lain-lain. Dan setiap bulan purnama diajar di halaman rumahnya, di tatar hingga malam. Adapun cara melatihnya, yang muda dengan yang muda dan yang tua dengan yang tua. Para sinoman (pemuda) memakai celana cekak mempunya belekan sampai lutut, baju penadhon cekak, dan ikatnya kain berwarna merah.

Sedangkan yang tua memakai celana panjang usus-ususnya sekitar satu meter setengah,bajunya potong cina dan lengannya lebar. semua pakaian tadi serba hitam. dan celananya ada garis merah dan gombyok beranek warna.
Latihannya ada tiga tingkatan :
- Tingkat satu : Bertarung, saling membanting, pukulan dan adu  gares (tulang kering kaki).
- Tingkat dua : Penthung-penthungan, saling melempar batu besar.
- Tingkat tiga : Bacokan, saling tusuk dan saling tombak-menombak.

Setiap ada yang terluka dan berdarah, ki Demang yang mengobati dengan cara dijilat sekali dan langsung sembuh. Latihan tersebut diiringi dengan suara terompet, kendang, ketipung, kethuk kempul.

Ki Ageng mempunyai tiga anak. Yang pertama gadis cantik yang bernama Niken Gandini, kemudian Suryolono dan yang bungsu Suryodoko. Sepeninggalan Ki Demang, Niken Gandini menjadi istrinya Bathara Katong, Suryolono alias Suromenggolo menjadi pengawal nya Bathara Katong. Sedangkan Suryodoko berubah nama menjadi Surohandoko menjadi demang di Surukubeng mengantikan ayahnya.

(Sumber : Babad Ponorogo jilid I karya Purwowijoyo)


1 comment:

  1. mas,
    Dimana bisa saya dapatkan buku babad ponorogo karya poerwowidjojo ?

    ReplyDelete